Sebuah Piring Kaca
Pernah kah kau jatuhkan sebuah piring kaca ? Apa yang kau lihat ? Pecah adalah kemungkinan terbesarnya, namun piring kaca yang terjatuh tanpa terpecah sedikit pun adalah kejadian yang jarang.
Coba lah tuk merenung.... Pernah kah kau mendapat perasaan yang luar biasa dari seseorang ? Pasti pernah bukan ? Bagaikan perasaan orang itu seperti piring kaca tersebut, apa yang mereka rasakan jika perasaan tersebut kau hancurkan atau kau luluh lantahkan ? Pasti sakit yang dapat mereka rasakan bagai ungkapan kata pecah. Hanya mereka yang tidak berharap penuh yang dapat bertahan tanpa retakan sekalipun.
Tahukah kalian dapatkah sebuah piring yang pecah tadi menjadi sempurna kembali ? Susah, sekalipun diberi lem pasti ada retakan yang hilang walau kecil bahkan tidak mungkin jadi sempurna tanpa bercak retakan kecuali ada cara khusus yang istimewa.
Begitu pula seperti hati mereka yang telah hancur seperti pecahan piring. Susah untuk kembali dan sekalipun kembali itupun pasti membekas pada kenangan nya.. Namun ku disini tuk mencoba bahwa aku bisa menjadi piring pecah yang kembali sempurna dengan keistimewaan. Hanya kesabaran yang membawa mereka tuk bangkit lagi.
Jadi cobalah tuk selalu hargai setiap perasaan manusia, tidak setiap orang memiliki hati yang pemaaf akan kesalahan kesalahan kita.
Jagalah sebuah piring kaca, sedikit saja piring tersebut retak maka susah tuk mengembalikannya. Hargai siapa saja yang menyayangi mu, sebelum rasa sayang tersebut berpaling karna luka yang kau beri.
Semua ini kutuliskan berdasarkan pengalaman hidup......
MINE
Jumat, 04 Oktober 2013
Minggu, 08 September 2013
Perhentian Terakhir
Sunyi senyap alam nyata
Hidup tak bernyawa bersinggasana
Gerombolan tananh yang menemani
Diatas kedamaian jasmani
Yang melenyapkan hingga terurai
Angin berlari tanpa nafas
Yang mempesona melati dan kamboja
Disana kau menantiku....
Seolah kau mendo'akanku....
Tuk segera mencapai takdirku
Seduh tangis bertabur bunga
Nyanyian do'a mengiringinya
Walau tak datang setiap detiknya
Sebutir nama berdiri tegak
Hinggap di atas sebuah jiwa
Sebagai tanda keberadaan....
yang kini telah tiada
Gelap malam tak berpenghuni
Seperti siang yang telah mati
Karya : Dwinanda Reza Savero
Hidup tak bernyawa bersinggasana
Gerombolan tananh yang menemani
Diatas kedamaian jasmani
Yang melenyapkan hingga terurai
Angin berlari tanpa nafas
Yang mempesona melati dan kamboja
Disana kau menantiku....
Seolah kau mendo'akanku....
Tuk segera mencapai takdirku
Seduh tangis bertabur bunga
Nyanyian do'a mengiringinya
Walau tak datang setiap detiknya
Sebutir nama berdiri tegak
Hinggap di atas sebuah jiwa
Sebagai tanda keberadaan....
yang kini telah tiada
Gelap malam tak berpenghuni
Seperti siang yang telah mati
Karya : Dwinanda Reza Savero
Langganan:
Postingan (Atom)